“Perlombaan tetaplah
perlombaan. Gemilang itulah keinginan setiap insan, sukses, terkenal, cerdas
dan dihargai banyak orang. Siapa yang tak ingin masa depan gemilang? Pasti semua
ingin mencapainya bukan?” (Annisa Linda Sartika)
“Perlombaan? Apa kalian memahami apa
maksud perlombaan disini?”
Perlombaan disini
dapat kita artikan sebagai sebuah kerja keras akan pencapaian sesuatu apapun
itu yang kita inginkan dalam kehidupan, dalam kata lain insan lainpun
menginginkan keinginan kita ini, insan lainpun berkeinginan untuk memperoleh
bahkan lebih dari apapun mimpi kita ini. Dan semua insan berlomba- lomba untuk
mendapatkan kejutan apa sebenarnya yang akan ditemui dipuncak sana, nan jauh
dan tak seorangpun mengetahui apa itu, dan bagaimana cara mendaki untuk
mencapai ujung puncak demi benda yang terlihat bercahaya nampak dari kejauhan
itu. Berbagai cara dilakukan, tetapi tak seorangpun dapat mencapainya karena
jalan terjal yang berliku dan sulitnya medan tempuh membuat banyak orang
pasrah, menyerah, putus asa, dan mundur dari rintangan yang telah disiapkan. Tetapi,
ada 1 insan yang masih bertahan hingga ketinggian 5000 kaki demi mencapai benda
tersebut. Ia tetap berusaha untuk terus mendaki. Walaupun sesekali kakinya
seringkali sakit karena salah urat akibat benturan keras terperosok jurang
terjal yang lumayan dalam, tetapi saat itu ia bangkit kembali, ia raih akar-
akar tanaman yang tidak ia ketahui kuat atau tidak akar tersebut. Dan saat
itulah kakinya terkilir. Ia terus berjalan menyusuri lebatnya ilalang di bukit
puncak pegunungan ini. Ia berjalan melewati hutan yang rimbun dengan pepohonan,
tetapi belum juga ia temui benda apa yang sebenarnya ia lihat dari bawah sana. Hari
semakin gelap, akhirnya ia memutuskan untuk tidur di bawah pohon besar, entah
pohon apa itu, tanpa alas, tanpa selimut, tanpa kasur, tanpa bantal dan guling.
Tak seorangpun menemani keberadaannya ditempat yang nun jauh tak seorangpun
pernah menginjaknya.
Megapun ceria menyambut
kedatangannya, mentari menari di sebelah kanan tepat ia berdiri. Indah sangatlah
indah. Ia pun tetap menelusuri perjalan itu. Ia selalu tersenyum tanpa rasa
lelah sedikitpun. Parasnya yang cantik tak membuatnya takut kehilangan
kecantikannya, elok sungguh elok, nan indah dipandang mata. Cantik, cerdas,
punya cara berfikir yang cemerlang, itulah hadiah pemberian Sang Maha Kuasa
Allah swt. Kecantikannya berbanding terbalik dengan kehidupannya. Sungguh ia
bukanlah anak dari seorang keturunan bangsawan, ia bukanlah gadis keturunan
keraton, ia bukanlah darah biru. Namun ia amat sangat cantik. Tutur katanya
yang halus dan sangat terjaga karena dirinya tak ingin perkataannya menyakiti
perasaan orang lain, ramah tamahnya masih lekat pada gadis keturunan keluarga
sederhana ini. Walaupun ia tidak terlahir dari keturunan keraton tetapi
hidupnya sangat terjaga, hidupnya berkecukupan.
Singkat cerita,
sampailah ia di sebuah bukit yang dikelilingi bebatuan besar, rimbunnya hutan
telah ia lalui, jurang terjal takpernah ia lihat lagi. Ia sampai didataran
tinggi yang tak pernah ia lihat di bumi tempatnya berpijak di bawah sana, padahal
yang ia tempati saat ini pun bumi, hanya keindahannya belum pernah ada yang
mengetahuinya. Disini ada banyak insan yang hidup, disini amat sangat elok,
lingkungan yang bersih, bangunan dan kehidupan nyata yang tertata rapi,
masyarakatnya yang ramah tamah, sopan santun, agamis, cerdas, tampan rupawan,
dan punya rasa pertemanan serta jiwa solidaritas yang tinggi. Ia pun memutuskan
untuk memasuki kawasan pusat pendidikan yang tak jauh dari tempat dimana ia
berdiri. Berjalanlah ia menyusuri setiap blok- blok bangunan di tengah
perkotaan ini. Kedatangannya disambut banyak siswa siswi fakultas teknik dan desain grafis di salah
satu universitas ternama di Indonesia. Relasinya yang menyambut dengan penuh
rasa hormat. Ia benar, beliau adalah seorang dosen khusus mata kuliah bidang
teknik dan desain grafis. Beliau amat dicintai karena kegigihannya, ramah
tamahnya, sopan santunnya, kekeluargaannya, dan ide- idenya yang cemerlang.
INTISARI:
Haragailah diri sendiri
Hormatilah diri sendiri
Sayangi dan cintailah diri sendiri
Buatlah diri ini mulia dihadapan Allah swt
Jangan pernah berputus asa
Jangan pernah merasa lelah dengan apa yang kamu hadapi
Jangan pernah merasa takut
Jangan pernah merasa cepat puas
Hargailah orang lain
Hormatilah orang lain
Sayangi dan cintailah mereka
Berdoalah untuk kehidupan mereka
Buatlah mereka selalu tersenyum
Jangan pernah setitikpun menodai hati dan perasaan mereka dengan
ucapan tercela
“berapapun
harganya bukan orang lain yang menentukan, tetapi diri sendiri.”
(Annisa Linda
Sartika)
“karena Allah swt
aku dapat tercipta, karena Allah swt aku dapat hidup dan menjalankan kehidupan,
dan kepada Allah swt semuanya dapat kita kembalikan karena semuanya hanyalah
milik Allah swt. Amin:)” wasallam: Annisa Linda Sartika.